8 Juli 2013

Sex Bebas & Aborsi


Perbuatan sex bebas (free sex) dan aborsi bagaikan pepatah kancing dan baju, yang selama tidak dibenarkan dalam norma agama maupun norma sosial. Di sini, yang paling berperan adalah kalangan remaja. Perubahan jaman yang diringi canggihnya teknologi sebagai peranan penting dalam mengubah kehidupan, khusunya remaja. Sehingga banyak remaja yang menggandrungi teknologi canggih dan disalahgunakan dengan bebas mengakses pornografi yang memicu keinginan untuk meniru, mengekspresikan, dan mencoba.

Tingginya keinginan sex ini merupakan dampak dari berkembangcepatnya hormone dan organ reproduksi. Oleh karena itu, kita harus pandai mengontrol keinginan  sex kita. Terutam bagi perempuan.

Selain itu, free sex di luar nikah membawa cukup banyak dampak negative pada diri kita. Mulai dari kemungkinan tertular penyakit, kehamilan di luar nikah hingga melakukan aborsi. Aborsi seakan-akan sudah hal yang lumrah, padahal perbuatan aborsi beresiko tinggi terhadap keselamatan dari perempuan itu sendiri.

Resiko melakukan aborsi pada remaja adalah:
1.       Kematian karena terlalu banyak pendarahan
2.       Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3.       Kematian secaralambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan
4.       Sobekan rahim
5.       Kerusakan leher rahim yang dapat menyebabkan cacat pada anak berikutnya
6.       Kanker payudara karena ketidak seimbangan hormone estrogen pada wanita
7.       Kanker indung telur
8.       Kanker leher rahim
9.       Kanker hati
10.   Kelainan pada plasenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak dan pendarahan yang hebat pada kehamilan berikutnya
11.   Mandul
12.   Infeksi alat reproduksii karena melakukan kuretase yang tidak steril

Sudah mengertikan akibat melakukan hubungan sex di luar nikah? Makanya kamu terutama perempuan, kudu tegas menolak ajakan hubungan sex apabila dilakukan di luar nikah. Selain merugikan kamu, orang tua bakal kecewa juga.

Jadi peran orang tuan di sini sangat penting untuk mengikuti perkembangan anaknya, dengan siapa dia berteman, dengan siapa dia pergi, bahkan sampai gal-hal yang bersifat pribadi. Dan orang tua juga harus bisa menempatkan diri di mana saat bisa menjadi teman dan saat menjadi orang tua.
 
Referensi: Warta Nusanta edisi ke-5 September 2012

Tidak ada komentar: