Oleh: ACHMAD
KOHARUDIN AKBAR, SSTP, MMPGCL
Secara etimologi, kewirausahaan berasal dari kata wira dan
usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah
berani, dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat
sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbnuat sesuatu.
Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis yang
melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat
ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu, perguruan tinggi
sebagai lembaga akademis diupayakan untuk mendorong budaya berwirausaha.
Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan
yang handal, sehingga mampu member dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa
untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik,
sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan
niat berwirausaha. (Tjahjono, 2008)
Menurut Ir. Hendarman M.Sc, Ph.D, Direktur Kelembagaan
Dikti, Depdiknas, tahun 2010, menyatakan bahwa data pengangguran terdidik di
Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidika seseorang, semakin rendah
kemandirian dan semangat kewirausahaannya. Pemerhati kewirausahaan menyatakan
bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi adalah lebih sebagai pencari
kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini
disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi
saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan
memperoleh pekerjaan. Pendidikan harus dijalankan dengan kreatif. Pendidikan
kewirausahaan harus membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi
menjadi pencari kerja ketika study-nya telah selesai.
Oleh karena itu, dengan memahami karakteristik lewirausahaan
dan memacu keinginan untuk berprestasi, dirapkan mampu mencetak para akademisi
muda untuk menjadi wirausahawan yang handal di banyak bidang.
Karakteristik
kewirausahaan
Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan
(Zimmerer, 2002) sebagai berikut:
1.
Desire for responsibility/keinginan akan
tanggung jawab
Wirausaha dapat mengendalikan sumber daya yang dimiliki dan
menggunakannya untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka
panjang harus memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan.
2.
Tolerance for ambiguity/toleransi dalam
keragaman
Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan
para stakeholder. Kemampuan untuk menerima keragaman merupakan ciri khas
wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka
panjang.
3.
Vision/visi
Wirausaha yng berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas ke
depan yang harus dicapai secara terukur.
4.
Tolerance for failure/toleransi dalam kegagalan
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras dan pengorbanan. Proses yang
cukuppanjang dalam mencapai kesuksesan tersebut meningkatkan kepribadian
termasuk diantaranya adalah toleransi terhadap kegagalan usaha.
5.
Internal locus of control/pengendalian diri
internal
Di dalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang
dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang mampu mengendalikan
dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang semakin komplek.
6.
Continuous improvement/pengembangan
berkelanjutan
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, menganggap pengalaman
sebagai sesuatu yang bergharga untuk melakukan perbaikan terus-menerus.
Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif
yang akan membawa konsekuensi menguntungkan di masa depan.
7.
Preference for moderate risk/kecenderungan akan
resiko sedang
Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3
macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (resiko tinggi), moderate risk
(resiko sedang), dan risk averse (menghindari resiko). Pada umumnya wirausaha
yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih resiko yang moderate/sedang, di
mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini
sejalan dengan resiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan ditanggung
sendiri.
8.
Confidence in their ability to success/percaya
diri akan kemampuannya untuk sukses
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan
diri untuk berhasil.
9.
Desire for immediate feedback/keinginan akan
feedback secepatnya
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menuntut wirausaha untuk
cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya
memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan terhadap suatu
permasalahan dengan cepat.
10.
High energy level/energy tingkat tinggi
Wirausaha pada umumnya memiliki energy yang cukup tinggi dalam melakukan
kegiatan usaha sejalan dengan resiko yang ia tanggung.
11.
Future orientation/orientasi masa depan
Keuntungan usaha yang “tidak pasti” mendorong usaha selalu melihat
peluang, menghargai waktu, dan beorintasi ke masa depan.
12.
Skill at organizing/keterampilan berorganisasi
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasikan berbagai
sumberdaya yang dimiliki. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan
organisasi baik manusia maupun asset dan materi.
13.
High commitment/komitmen yang tinggi
Memunculkan usaha baru membutuhkan konitmen penuh yang tinggi agar
berhasil.
14.
Flexibility/keluwesan
Kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha,
tumbuh, dan sukses.
Motivasi berprestasi
Terdapat 3 pilar utama yang dapat diperankan seseorang
terkait dengan motivasi, sebagai berikut:
1.
Arousal (gairah/keinginan)
Pilar utama arousal adalah pilar motivasi yang berperan sebagai
“generator” atau pembangkit. Oleh karenanya, sangat berkaitan erat dengan
persoalan munculnya sebuah dorongan (drive), atau lebih tepat dinyatakan
sebagai energy dari sebuah perilaku.
2.
Direction (arah)
Arah inilah merupakan dasar pijak seseorang menentukan pilihan, yang
selanjutnya pilihan ini akan memberikan atau difunsikan sebagai bingkai
seseorang mencapai tujuannya.
3.
Maintenance (pemeliharaan)
Pilar
yang ketiga adalah maintenance, pilar ini difungsikan untuk merawat agar
keinginan tersebut tercapai.
Sikap mahasiswa
(ber)wirausaha
Disiplin
Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan
komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud
bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem
kerja, dan sebagainya.
Komitmen tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik tehadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya, seseorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang
jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
Jujur
Hal ini berhubungan langsung dengan etika dan moral manusia
yang mampu untuk menyatakan hal yang sebenarnya tanpa ada kebohongan.
Kreatif dan inovatif
Seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan baru
dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang
kelihatannya mustahil.
Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat
melakukan keinginannya dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam
mengambil keputusan atau berrtindak.
Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu
menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap
pengambilan keputusan dan bertindak.
Kesimpulan dan saran
Kewirausahaan adalah hal yang sangat krusial dalam
perekonomian suatu bangsa dan ilmu pengetahuan mengenai kewirausahaan menjadi
sangat penting dalam dunia pendidikan terutama pada tingkat pendidikan tinggi.
Dengan memberikan pemahaman mengenai ilmu ini, didukung dengan strategi memacu
semangat dan motivasi mahasiswa untuk berprestasi akan menumbuhkan keinginan
mahasiswa untuk berwirausaha.
Menumbuhkan jiwa wirausaha di bangku perkuliahan menjadi hal
yang signifikan dan akan bisa dilaksanakan dengan lancar apabila pihak pengajar
dan pihak mahasiswa bersinergi dalam mewujudkannya dengan masing-masing
fungsinya.
Selain para dosen yang menyampaikan teori ilmu tentang
kewirausahaan, para mahasiswa pun juga harus pro-aktif. Di samping memahaminya,
para mahasiswa juga diharapkan mengaplikasikan ilmu ini dengan dimulai dari praktik-praktik
kecil dalam bentuk kewiraushaan yang sangat beraneka ragam. “Learning by doing”
adalah slogan yang bagus dan cukup populer di seluruh dunia. Akan tetapi,
setelah membaca artikel ini, slogan ini bisa diubah menjadi “learning by
knowing and doing” dan ini terdengar jauh lebih efektif. Semoga sukses, Dik!
1 komentar:
Thx infonya
Posting Komentar