9 Juli 2013

Memahami Karakteristik Kewirausahaan untuk Memacu Motivasi Mahasiswa dalam Berprestasi serta Menumbuhkan Keinginan Berwirausaha di Tingkat Perguruan Tinggi


Oleh: ACHMAD KOHARUDIN AKBAR, SSTP, MMPGCL

Secara etimologi, kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbnuat sesuatu.

Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu, perguruan tinggi sebagai lembaga akademis diupayakan untuk mendorong budaya berwirausaha. Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal, sehingga mampu member dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha. (Tjahjono, 2008)

Menurut Ir. Hendarman M.Sc, Ph.D, Direktur Kelembagaan Dikti, Depdiknas, tahun 2010, menyatakan bahwa data pengangguran terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidika seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya. Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan. Pendidikan harus dijalankan dengan kreatif. Pendidikan kewirausahaan harus membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika study-nya telah selesai.

Oleh karena itu, dengan memahami karakteristik lewirausahaan dan memacu keinginan untuk berprestasi, dirapkan mampu mencetak para akademisi muda untuk menjadi wirausahawan yang handal di banyak bidang.

Karakteristik kewirausahaan
Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, 2002) sebagai berikut:
1.       Desire for responsibility/keinginan akan tanggung jawab
Wirausaha dapat mengendalikan sumber daya yang dimiliki dan menggunakannya untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang harus memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan.
2.       Tolerance for ambiguity/toleransi dalam keragaman
Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan para stakeholder. Kemampuan untuk menerima keragaman merupakan ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3.       Vision/visi
Wirausaha yng berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas ke depan yang harus dicapai secara terukur.
4.       Tolerance for failure/toleransi dalam kegagalan
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras dan pengorbanan. Proses yang cukuppanjang dalam mencapai kesuksesan tersebut meningkatkan kepribadian termasuk diantaranya adalah toleransi terhadap kegagalan usaha.
5.       Internal locus of control/pengendalian diri internal
Di dalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang semakin komplek.
6.       Continuous improvement/pengembangan berkelanjutan
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, menganggap pengalaman sebagai sesuatu yang bergharga untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan di masa depan.
7.       Preference for moderate risk/kecenderungan akan resiko sedang
Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (resiko tinggi), moderate risk (resiko sedang), dan risk averse (menghindari resiko). Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih resiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan resiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan ditanggung sendiri.
8.       Confidence in their ability to success/percaya diri akan kemampuannya untuk sukses
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil.
9.       Desire for immediate feedback/keinginan akan feedback secepatnya
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menuntut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan  dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan terhadap suatu permasalahan dengan cepat.
10.   High energy level/energy tingkat tinggi
Wirausaha pada umumnya memiliki energy yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan resiko yang ia tanggung.
11.   Future orientation/orientasi masa depan
Keuntungan usaha yang “tidak pasti” mendorong usaha selalu melihat peluang, menghargai waktu, dan beorintasi ke masa depan.
12.   Skill at organizing/keterampilan berorganisasi
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasikan berbagai sumberdaya yang dimiliki. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi baik manusia maupun asset dan materi.
13.   High commitment/komitmen yang tinggi
Memunculkan usaha baru membutuhkan konitmen penuh yang tinggi agar berhasil.
14.   Flexibility/keluwesan
Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, tumbuh, dan sukses.

Motivasi berprestasi
Terdapat 3 pilar utama yang dapat diperankan seseorang terkait dengan motivasi, sebagai berikut:
1.       Arousal (gairah/keinginan)
Pilar utama arousal adalah pilar motivasi yang berperan sebagai “generator” atau pembangkit. Oleh karenanya, sangat berkaitan erat dengan persoalan munculnya sebuah dorongan (drive), atau lebih tepat dinyatakan sebagai energy dari sebuah perilaku.
2.       Direction (arah)
Arah inilah merupakan dasar pijak seseorang menentukan pilihan, yang selanjutnya pilihan ini akan memberikan atau difunsikan sebagai bingkai seseorang mencapai tujuannya.
3.       Maintenance (pemeliharaan)
Pilar yang ketiga adalah maintenance, pilar ini difungsikan untuk merawat agar keinginan tersebut tercapai.

Sikap mahasiswa (ber)wirausaha
Disiplin
Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya.
Komitmen tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik tehadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seseorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
Jujur
Hal ini berhubungan langsung dengan etika dan moral manusia yang mampu untuk menyatakan hal yang sebenarnya tanpa ada kebohongan.
Kreatif dan inovatif
Seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginannya dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau berrtindak.
Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan dan bertindak.

Kesimpulan dan saran
Kewirausahaan adalah hal yang sangat krusial dalam perekonomian suatu bangsa dan ilmu pengetahuan mengenai kewirausahaan menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan terutama pada tingkat pendidikan tinggi. Dengan memberikan pemahaman mengenai ilmu ini, didukung dengan strategi memacu semangat dan motivasi mahasiswa untuk berprestasi akan menumbuhkan keinginan mahasiswa untuk berwirausaha.
Menumbuhkan jiwa wirausaha di bangku perkuliahan menjadi hal yang signifikan dan akan bisa dilaksanakan dengan lancar apabila pihak pengajar dan pihak mahasiswa bersinergi dalam mewujudkannya dengan masing-masing fungsinya.
Selain para dosen yang menyampaikan teori ilmu tentang kewirausahaan, para mahasiswa pun juga harus pro-aktif. Di samping memahaminya, para mahasiswa juga diharapkan mengaplikasikan ilmu ini dengan dimulai dari praktik-praktik kecil dalam bentuk kewiraushaan yang sangat beraneka ragam. “Learning by doing” adalah slogan yang bagus dan cukup populer di seluruh dunia. Akan tetapi, setelah membaca artikel ini, slogan ini bisa diubah menjadi “learning by knowing and doing” dan ini terdengar jauh lebih efektif. Semoga sukses, Dik!

1 komentar:

Sepeda mengatakan...

Thx infonya